Sabtu, 02 Juni 2012


Bali Tradisional Perlu Di Lestarikan


Bali memiliki corak arsitektur yang unik. Di Bali saat ini ditemukan berbagai corak arsitektur, mulai dari Arsitektur tradisional bali kuno, tradisional bali yang di kembangkan, arsitektur masa kini yang berstil bali bahkan arsitektur yang sama sekali tidak memiliki nuansa bali. Mengetahui aspek-aspek arsitektur tadisional bali di butuhkan pengetahuan yang mendalam terutama aspek filosofi, religius dan sosial budaya.Arsitektur tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari jaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar Asta Kosala-Kosali dan Asta Pasali. Arsitektur Tradisional Bali yang memiliki konsepsi-konsepsi yang dilandasi agama Hindu, merupakan perwujudan budaya, dimana karakter perumahan tradisional Bali sangat ditentukan norma-norma agama Hindu, adat istiadat serta rasa seni yang mencerminkan kebudayaan.
      Arsitektur Tradisional Bali memiliki beberapa konsep-konsep dasar yang mempengaruhi nilai tata ruangnya, antara lain :
  1. Konsep Keseimbangan (keseimbangan unsur semesta, konsep catur lokapala,konsep dewata nawa sanga ), konsep ini juga harus menjadi panutan dalam membangun diberbagai tataran arsitektur termasuk keseimbangan dalam berbagai fungsi bangunan. konsep dewata nawa sanga ialah aplikasi dari pura-pura utama yang berada di delapan penjuru arah dibali yang yang dibangun menyeimbangkan pulau bali, pura-pura utama itu untuk memuja manifestasi tuhan yang berada di delapan penjuru mata angin dan di tengah.Aplikasi konsep ini menjadi pusat yang berwujud natah (halaman tengah) dari sini menentukan nilai zona bangunan yang ada disekitarnya dan juga pemberian nama bangunan disekitarnya sepertiBale Daje,Bale Dauh,Bale Delod,Bale Dangin,
  2. Konsep Rwe Bhineda (hulu - teben, purusa - pradana) Hulu Teben merupakan dua kutub berkawan dimana hulu bernilai utama dan teben bernilai nista/ kotor. Sedangkan purusa(jantan) pradana(betina) merupakan embryo suatu kehidupan
  3. Konsep Tri Buana - Tri Angga, Susunan tri angga fisik manusia dan struktur tri buana fisik alam semesta melandasi susunan atas bagian kaki, badan, kepala yang masing-masing bernilai nista, madya dan utama.
  4. Konsep keharmonisan dengan lingkungan, ini menyangkut pemanfaatan sumber daya alam, pemanfaatan potensi sumber daya manusia setempat, khususnya insan-insan ahli pembangunan tradisional setempat.

Di dalam menentukan atau memilih tata letak pekarangan rumah pun menurut aturan tradisional Bali ada beberapa pantangan yang harus diperhatikan yaitu:
pengukuran dengan tangan
  1. Pekarangan rumah tidak boleh bersebelahan langsung ada disebelah Timur atau Utara purabila tidak dibatasi dengan lorong atau pekarangan lain seperti: sawah, ladang/sungai. Pantangan itu disebut: Ngeluanin Pura.
  2. Pekarangan rumah tidak boleh Numbak Rurung, atau Tusuk Sate. Artinya jalan lurus langsung bertemu dengan pekarangan rumah.
  3. Pekarangan rumah tidak boleh diapit oleh pekarangan/rumah sebuah keluarga lain. Pantangan ini dinamakan: Karang Kalingkuhan.
  4. Pekarangan rumah tidak boleh dijatuhi oleh cucuran atap dari rumah orang lain. Pantangan ini dinamakan: Karang Kalebon Amuk.
  5. Pekarangan rumah sebuah keluarga tidak boleh berada sebelah- menyebelah jalan umum dan berpapasan. Pantangan ini dinamakan:Karang Negen.
  6. Pekarangan rumah yang sudut Barat Dayanya bertemu dengan sudut Timur Lautnya pekarangan rumah keluarga itu juga berada sebelah-menyebelah jalan umum, ini tidak boleh. Pantangan ini dinamakan: Celedu Nginyah.
    Dan lain sebagainya.
Selain itu, Bangunan Bali biasanya terkenal dengan ukirannya. Ukiran - ukiran tersebut biasanya melambangkan tokoh - tokoh pewayangan ataupun dewa - dewa, bisa juga menyerupai benda - benda atau makhluk hidup lain, Contohnya burung garuda.


Arsitek Bali
sakanem atau sebuah bangunan yang memiliki tiang kolom 6 buah


Penataan penempatan bangunan sesuai Asta Kosala Kosali



Sakaroras atau bangunan dengan tiang penyangga 12 buah


Sakanem atau bangunan dengan tiang penyangga 6 buah

Sakapat atau bangunan dengan tiang penyangga 4 buah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar